Indonesia adalah sebuah negara yang kompleks. Keberagaman suku budaya adat istiadat dan lainnya menimbulkan berbagai permasalahan. Dari semua problem yang ada, permasalahan utama yang perlu diperhatikan adalah kedewasaan dari masyarakat Indonesia. Kedewasaan masyarakat dapat mengurangi konflik yang terjadi di dalam negara. Maka, timbul suatu pertanyaan, apakah masyarakat Indonesia sudah dianggap dewasa ? Untuk menjawab hal ini maka mari kita ulas secara lebih dalam lagi.
Dewasa adalah keadaan dimana manusia dianggap mampu mempertanggungjawabkan segala perbuatan yang Ia lakukan, mampu membedakan mana yang benar dan salah, mampu mengontrol emosi, dan selalu bersikap bijaksana dalam mengambil keputusan. Dari definsi tersebut kita beranjak pada potret masyarakat Indonesia saat ini.
Masyarakat Indonesia memang unik dengan keanekaragamannya. Hal ini menjadi suatu tantangan besar dimana masyarakat dituntut untuk bersikap dewasa antar sesama manusia. Sebagai satu negara masyarakat dituntut untuk menghayati semboyan bhinneka tunggal ika. Bukan hanya sekedar tahu akan semboyan tersebut tetapi benar-benar memahami arti yang tersirat di dalamnya. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika rasanya sangat pas untuk menggambarkan masyarakat dewasa di dalam keberagaman. Lantas, apakah kita benar-benar sudah menghayatinya ?
Mari kita berkaca pada kejadian-kejadian yang dialami oleh negara kita atau dalam lingkup kecil, di lingkungan pergaulan kita masing-masing. Mari kita kembali ke masa dimana kita masih duduk atau sedang duduk di bangku pendidikan. Adalah hal wajar bila seorang murid melakukan kesalahan dan bereksperimen karena pada saat itulah masanya, masa dimana seseorang mencoba hal-hal baru dan memilah-milah mana yang benar dan salah. Mendapatkan hukuman dari guru atau orang yang sudah dewasa (orangtua) juga merupakan hal yang wajar karena, seorang yang belum dewasa memang belum bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya dan memerlukan bimbingan untuk mengetahui mana yang seharusnya tidak dilakukan. Mendapat hukuman, omelan dan sanksi merupakan tanda bahwa orang tersebut belum bisa disebut Dewasa. Jadi, bila kita masih mendapat omelan, teguran bahkan hukuman dari orangtua menandakan kita masih "anak-anak".
Pembahasan ini mengarah kepada cermin pemerintahan yang ada di negeri Indonesia. Orang-orang yang bekerja di dalam pemerintahan kerap kali "nakal" dan mencuri-curi kesempatan untuk kepentingan pribadi. Salah satu gambaran ketidakdewasaan pemerintah dapat dilihat pada PNS dibawah pemerintahan Ahok sebagai Gubernur. Para pegawai-pegawai nakal tersebut tidak akan kapok dan bekerja dengan baik apabila Ahok tidak memberikan sanksi dan hukuman. Hal ini pun menimbulkan kontroversi karena bagi si penerima hukuman jelas rasanya tidak enak. Contoh kasus ini ingin menunjukkan bahwa pemerintahan negeri kita masih belum bisa dewasa. Para PNS dan Pejabat yang nakal baru akan jera bila di setiap peraturan atau tindakan yang mereka lakukan diberikan sanksi dan hukuman. Cara Ahok membuka mata saya bahwa pemerintahan kita tidak bisa terus seperti ini. Keberhasilan dan kedewasaan pemerintah dapat terwujud apabila setiap orang bersikap "dewasa", bukan dewasa dalam hal usia, namun dewasa dalah arti harafiah yang telah dijabarkan sebelumnya. Pemerintah perlu diingatkan bahwa segala fasilitas yang digunakan / dimilikinya berasal dari rakyat dan pekerjaan yang dilakukan adalah untuk bangsa dan negera, bukan untuk memperkaya diri atau menaikan derajat.
Tak hanya pemerintah, masih banyak kalangan masyarakat berpendidikan yang belum bisa bersikap dewasa. Contoh kecilnya ketika anda tidak bersungguh-sungguh dalam bekerja, tidak bisa membedakan mana waktu untuk produktif, mana waktu untuk relaksasi. Masih banyak dari kita yang mencuri-curi waktu ketika tidak diawasi. Masyarakat yang dewasa adalah masyarakat yang mampu bersikap semestinya tanpa perlu diawasi. Maka kita perlu mengkaji ulang sikap kita yang mencuri-curi waktu di kantor untuk bermain game, membuka social media, tidak memiliki semangat dalam berkarir, dan mementingkan ego membeli barang-barang branded agar dipandang lebih baik. Selain itu masyarakat berpendidikan juga memiliki peranan dalam membagi ilmu masyarakat yang tidak mengenyam pendidikan sesuai bidangnya masing-masing. Hal ini merupakan wujud nyata dari sumbangsih anda bagi negara dan kemajuan masyarakat untuk semakin dewasa.
Masyarakat yang dewasa tidak harus dari kalangan yang berpendidikan, kalangan menengah kebawah pun seharusnya sadar bahwa kedewasaan akan membawa kita ke arah yang lebih baik. Salah satu contoh kasus ketidakdewasaan masyarakat kecil adalah mudah terhasut / tersulut oleh berita-berita yang belum pasti kebenarannya, meminta-minta padahal kondisi fisik masih mampu untuk bekerja produktif, selalu menyalahkan pemerintah atas segala kondisi yang ada, menghalalkan segala cara (kegiatan ilegal) demi pemenuhan kebutuhan hidup. Perlu diperhatikan, bahwa tindakan-tindakan tersebut pastinya akan merugikan banyak orang maka, anda dituntut untuk berpikir secara matang dan dewasa bahwa segala tindakan memiliki dampak yang luas bagi lingkungan sekitar.
Simpulan dari ulasan diatas adalah kita perlu memaknai secara dalam arti dari "dewasa" dan merenungkan apakah kita memang sudah layak disebut sebagai masyarakat yang dewasa, bukan karena faktor usia melainkan dewasa dalam tindakan dan perbuatan.
0 komentar:
Posting Komentar